Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) tidak hanya menyebabkan 'gondok epidemik', tetapi pada wanita hamil mempunyai resiko karena bisa mengakibatkan abortus, lahir mati, kematian bayi sampai cacat bawaan. Bahkan, kata Wakil Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo di Makassar, Kamis, semua gangguan tersebut dapat berakibat pada rendahnya prestasi belajar anak usia sekolah, produktivitas rendah pada orang dewasa serta timbulnya berbagai permasalahan sosial ekonomi masyarakat yang dapat menghambat pembangunan.

Guna mengatasi GAKY, pemerintah mencanangkan Program Yodisasi Garam (PYG), yaitu penambahan yodium pada semua garam konsumsi yang disepakati sebagai cara yang aman, efektif dan berkesinambungan untuk mencapai konsumsi yodium yang optimal bagi masyarakat.

Pada sosialisasi Ranperda Pemprov Sulsel menyangkut peredaran garam beryodium dan garam tidak beryodium dalam wilayah Sulsel, garam beryodium adalah garam konsumsi yang mengandung komponen utama Natrium Chlorida (NaCl) minimal 94,7 persen, air maksimal lima persen dan Kalium Iodat (KIO3) sebanyak 30-80 ppm (mg/kg) serta senyawa lainnya.

Wagub mengatakan, Sulawesi Selatan merupakan salah satu daerah yang potensial untuk usaha garam, baik sebagai daerah produsen garam bahan baku dengan produksi rata-rata 70.000 ton per tahun maupun sebagai daerah industri garam beryodium yang memiliki sekitar 40 perusahan dengan kapasitas produksi kurang lebih 40.000 ton per tahun.

Dengan jumlah penduduk yang cukup besar yakni mencapai 7,3 juta jiwa, daerah ini juga merupakan wilayah pemasaran garam konsumsi yang cukup potensial.Wagub mengingatkan masyarakat bahwa ada garam beryodium palsu, karena ditemukan kemasan garam yang mengklaim mengandung yodium namun kandungan KIO3 ternyata kurang dari 30 ppm. (Ant/O-2)

Sumber: mediaindo.co.id