Masuk angin memang bukan penyakit berbahaya. Namun, bila sudah parah, virus mudah masuk tubuh. Untuk pencegahan bisa diatasi salah satunya dengan kerokan.
Kebanyakan orang Eropa mengatasi gejala flu (common cold) seperti pegal linu, perut kembung, batuk-pilek, pusing, sakit kepala, demam, meriang, dll, dengan makan sup panas, minum obat flu yang bisa didapat di toko-toko obat, lalu tidur berbungkuskan selimut.
Mirip dengan itu, orang timur khususnya orang Jawa mengatasi kondisi seperti itu dengan menghirup teh hangat atau minum wedang jahe hangat. Sementara badan dibalur dengan minyak telon, kayu putih atau minyak apa saja yang bisa menghangatkan tubuh. Yang paling sering dilakukan adalah dengan kerokan.
Begitu menyatunya kerokan dengan budaya Jawa, banyak orang Barat (bule) dari berbagai negara mempelajari teknik kerokan di sebuah padepokan yang disebut Lemah Putih, di daerah Mojosongo, Surakarta, Jawa Tengah. Memang tidak hanya di tempat ini mereka belajar. Di tempat lain seperti Yogyakarta, mereka juga menanyakan perihal terapi ini.
Buat para bule, mengherankan sekali kerokan bisa memperbaiki kondisi tubuh yang tidak sehat. Meski pernah dianggap tidak masuk akal, mereka melihat, terapi ini teryata efektif karena murah dan mudah dilakukan.
Prinsip kerokan menurut Dr. Koosnadi Saputra, Sp.R, akupunkturis klinik, mirip prinsip pemanasan dengan menggunakan moxa yang sering dipakai saat jarum akupunktur ditusukkan pada tubuh untuk mengatasi masuk angin. Prinsip ini juga tidak jauh berbeda dengan model terapi kop yang biasanya menggunakan alat seperti tanduk, gelas, karet, tabung bambu dan lain-lain. Di negeri asal teknik akupunktur, model terapi ini sudah resmi dipakai sebagai sarana penyembuhan. Menurut Mochtar Wijayakusuma, putra Hembing Wijayakusuma yang juga seorang akupunkturis, penelitian mengapa kerokan memiliki efek menyembuhkan juga pernah dilakukan di Universitas Ghuan Thou, sebuah universitas terkenal di Cina.
Memberi Rangsang Tubuh
l Dr. Koosnadi menyebutkan, prinsip kerokan adalah upaya meningkatkan temperatur dan energi pada daerah yang dikerok.
Peningkatan energi ini dilakukan dengan pemberian rangsang kulit tubuh bagian luar. Dengan merangsang permukaan kulit lewat dikerok, saraf penerima rangsang di otak menyampaikan rangsangan untuk menimbulkan efek memperbaiki organ yang terkait dengan titik-titik meridian tubuh seperti misalnya organ paru-paru.
Dr. Handrawan Nadesul menambahkan, efek kerokan yang hendak dicapai adalah mengembangnya pembuluh darah kulit yang semula menguncup akibat terpapar dingin atau kurang gerak, sehingga darah kembali mengalir deras.
Penambahan arus darah ke permukaan kulit ini meningkatkan mekanisme pertahanan tubuh terhadap serangan virus.
Sementara itu alat kerokan biasanya menggunakan uang logam, koin, atau alat bantu khusus kerok yang terbuat dari plastik, tulang, keramik, batu giok, potongan jahe, potongan bawang, dan lain-lain. Alat-alat tersebut harus tumpul supaya tidak melukai kulit.
Sinse Johanes, seorang pengobat yang berpraktek di daerah Mangga Dua, Jakarta Barat menggunakan alat kerokan yang bentuknya mirip stetoskop. Alat ini bisa dipakai untuk mengerok sekujur tubuh dengan cepat, tak lebih dan lima menit. Menurut Johanes, alat ini sudah dijual bebas di Indonesia.
Berfungsi Menghangatkan
l Selain koin atau uang logam, perlengkapan lain yang menyertai biasanya berupa minyak urut, balsem, krim atau jenis minyak lain yang berfungsi menghangatkan.
Fungsi minyak ini selain menghangatkan memang untuk melicinkan proses kerokan sehingga menghindari terjadinya kulit lecet.
Berbagai jenis minyak seperti minyak bayi, minyak jahe, dan minyak lain-lain bisa kita peroleh dengan mudah di toko-toko obat atau warung biasa. Namun jika kita malas pergi jauh-jauh atau keadaan sedikit darurat, artinya segera butuh bahan minyak, kita bisa gunakan minyak kelapa yang dicampur dengan jahe, kencur, sereh, laos, minyak kayu putih, bawang, cabai, dan lain-lain.
Bahan-bahan tersebut setelah dilumat dimasukkan ke dalam minyak yang hendak dicampur. Campuran dari bahan-bahan seperti ini sangat berguna karena minyak asiri yang terkandung di dalamnya juga berfungsi menghangatkan tubuh.
Karena minyaknya saja sudah terasa hangat apalagi ditambah dengan kerokan, kulit pasti akan terasa sedikit sakit terutama untuk mereka yang memiliki kulit sensitif.
Saat dikerok, biasanya akan terjadi perubahan warna kulit. Kalau tidak merah, kulit bisa merah kebiruan, bahkan menghitam. Perubahan warna kulit ini menunjukkan tingkatan rasa sakit. Menurut Mochtar Wijayakusuma, warna kulit yang semakin menua menunjukkan semakin berat gangguan penyakitnya.
Sesuai Titik Meridian
Kerokan biasanya dilakukan pada bagian tubuh seperti leher, bahu, punggung maupun pinggang. Atau bisa saja di seluruh bagian tubuh, kecuali alat kelamin, dubur, dan bola mata.
Koosnadi menyebutkan sebaiknya kerokan dilakukan dari arah atas ke bawah. Bisa juga mendatar. Sebaiknya arah kerokan disesuaikan dengan meridian. Supaya efektif kerokannya, sebaiknya berdasarkan pada titik akupuntur dan meridiannya sesuai dengan keluhan penyakit yang terjadi.
Satu hal yang patut diingat dan dilakukan bila Anda sudah kerokan adalah tidak mandi karena setelah kerokan, pori-pori kulit dalam kondisi terbuka. Lebih baik sekalah kulit dengan lap basah (yang dicelupkan pada air hangat lalu diperas).
Selain itu, Anda juga harus ingat bahwa kerokan hanyalah sebuah langkah pencegahan. Anda tetap harus ke dokter untuk mengkonsultasikan kondisi ini bila dalam tiga hari, sakit Anda tidak sembuh. Yang jelas, selama sakit lakukanlah hal-hal pendukung lainnya seperti misalnya banyak minum jus jeruk dan tomat, mengkonsumsi makanan dan minuman hangat (seperti wedang jahe, sup kaldu ayam segar yang ditambah wortel, brokoli, bawang merah dan putih) serta istirahat secukupnya. @ Abdi Susanto
Sumber : Kompas.com