Setiap orang tua menginginkan anaknya tumbuh sempurna, baik secara fisik maupun nonfisik. Secara fisik, seorang anak diharapkan tumbuh sehat sesuai tahapan yang sudah ditentukan para ahli. Selain itu, anak juga diharapkan sehat secara intelektual dan kejiwaan, bahkan hampir semua orang tua menginginkan anaknya cerdas di kemudian hari.

Tetapi, untuk memperoleh sosok anak yang sehat lahir dan batin tidak bisa instan. Jauh sebelum kelahirannya harus sudah dipersiapkan. Untuk itulah ketika ibu mulai dinyatakan positif hamil, dokter atau bidan menganjurkan para ibu untuk memenuhi segala kebutuhan janin, yaitu gizi yang cukup.

Selain makanan, saat ini para ibu hamil pun dianjurkan mengikuti senam hamil, mendengarkan musik, dan lain sebagainya. Semua itu untuk mendukung pertumbuhan janin, dan mendapatkan bayi yang sehat ketika dilahirkan.

"Sebenarnya ASI (air susu ibu) adalah makanan paling ideal dan lengkap untuk bayi. ASI mengandung semua yang dibutuhkan bayi, berimbang dan secara fisiologis membantu pencernaan bayi,'' kata dr Jacob R Pairunan, pada sebuah seminar di Siloam Graha Medika Hospital, Jakarta, beberapa waktu lalu.

Menurut spesialis anak itu, distribusi energi dari ASI ialah protein 8%, karbohidrat 42%, dan lemak 50%. Selain mengandung zat-zat gizi, katanya, ASI juga mengandung zat-zat non-gizi untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit.

Soal kecerdasan anak, lanjut Jacob, sebetulnya dipengaruhi dua faktor. Pertama, faktor genetik dari kedua orang tuanya, dan kedua, faktor lingkungan atau sosial psikologi. Selain itu juga terdapat faktor-faktor khusus yang berhubungan erat dengan peningkatan kecerdasan anak yaitu zat-zat gizi.

''Tetapi sampai saat ini bisa dipastikan secara ilmiah belum ada satu gizi pun yang paling bertanggung jawab untuk meningkatkan kecerdasan.'' Tetapi, kata Jacob, zat gizi yang selama ini dikatakan makanannya otak, seperti AA (asam arakhidonat) dan DHA (asam dukosa heksanoat) sudah terkandung di dalam ASI dan tidak mustahil, pada masa-masa mendatang akan terungkap kandungan ASI yang sampai saat ini belum diketahui.

Lebih lanjut, Jacob mengatakan zat gizi dapat terbagi dua, yaitu makronutrien dan mikronutrien. Makronutrien berupa protein, karbohidrat, lemak, dan air. Sedangkan mikronutrien dapat berupa vitamin, mineral, dan oksigen.

Jacob mengatakan, fungsi protein yang termasuk dalam makronutrien adalah untuk pembentukan dan pemeliharaan jaringan tubuh, serta sebagian kecil sebagai sumber energi. Protein juga tidak dapat disimpan di dalam tubuh. Setiap bayi membutuhkan 2 - 2,2 gr/kg protein yang terdapat dalam ASI, daging, ikan, susu, telur, dan keju. Karbohidrat juga merupakan sumber energi yang terdapat di dalam produk nabati seperti beras, kacang-kacangan, buah-buahan, dan umbi-umbian. Glukosa yang terdapat dalam karbohidrat merupakan sumber energi utama di otak dan menjaga integritas fungsi saraf.

"Bayi juga memerlukan lebih banyak lemak dibanding orang dewasa. Fungsi utama lemak membantu ketersediaan dan penyerapan vitamin, dan memberikan rasakenyang pada pencernaan.''

Lemak yang mengandung DHA dan AA, kata Jacob lagi, berperan sebagai penunjang proses tumbuh kembang anak, terutama dalam hal kecerdasan. Lemak tersebut bisa diperoleh dari ASI, susu, mentega, kuning telur, daging, kedelai, dan jagung.

Sedangkan untuk gizi mikronutrien yang berupa mineral, antara lain kalsium, fosfor, dan lain sebagainya. Mineral berfungsi dalam pembekuan darah, penyalur rangsang saraf, dan aktivitas enzim. Fosfor bersama-sama kalsium juga membentuk matriks tulang dan gigi. Faktor besi penting untuk pembentukan hemoglobin dari sel darah merah yang membawa oksigen dari paru ke seluruh tubuh terutama otak, dan juga untuk sistem enzim, yang terdapat dalam ASI dan hati.

Kalium bersama kalsium, lanjut Jacob, mengatur aktivitas persarafan otot, dengan sumbernya ialah susu, daging, buah-buahan, dan sayur-sayuran. Zat seng ialah mineral yang berpengaruh dalam fungsi pengecapan, memperbaiki pertumbuhan, mempertahankan kekebalan tubuh, mempercepat penyembuhan luka, mempertegas garis keturunan, dan regulasi ekspresi genetik. Selenium untuk metabolisme otot, sebagai komponen enzim yang mencegah kerusakan membran sel oleh radikal bebas (antioksidan).

Mineral dan vitamin

Dihubungi di tempat terpisah, dr Indrawati Dardiri mengatakan kalsium sangat diperlukan ibu hamil untuk pertumbuhan tulang maupun gigi janin. Menurut spesialis obstetri dan ginekologi ini, kebutuhan ibu hamil terhadap kalsium meningkat mencapai 50% dibandingkan orang dewasa yang jumlahnya 800 mg per hari. ''Atau, 20 kali lebih tinggi dari orang normal.

Karena itu, ibu hamil dianjurkan agar mengonsumsi makanan yang banyak mengandung kalsium sejak masa kehamilan awal. Sumber makanan tersebut antara lain dari tempe, tahu, susu, keju, serealia, teri maupun udang kering, kacang-kacangan berikut hasil olahannya, ataupun sayuran yang berdaun hijau.

''Memang pada tiga bulan pertama kehamilan, ibu kerap tidak merasa nyaman karena mengalami mual atau muntah. Jadi, sulit baginya mengonsumsi beragam makanan yang mengandung kalsium.'' Tetapi, lanjut Indrawati, pemenuhan tambahan konsumsi kalsium dapat dikejar pada kehamilan tiga bulan terakhir karena di masa ini, terjadi pertumbuhan tulang dan pembentukan gigi janin yang pesat. Pokoknya, kata alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) di Jakarta, 1991 ini, ibu hamil mutlak menambah makanan berkalsium.

Jika kurang terpenuhi, lanjutnya, maka janin akan mengambil (menyerap) persediaan kalsium dari ibunya, sehingga si ibu berisiko mengalami gangguan kerapuhan tulang.

Dengan sendirinya, janin juga mengalami kelainan dalam pertumbuhan tulang maupun pembentukan. Dan, itu berpengaruh pada saat bayi tumbuh menjadi anak. ''Tidak dipungkiri bahwa kelainan gigi, seperti gigi berlubang, atau gangguan tulang, akibat anak kurang kalsium waktu masih janin,'' kata dokter yang praktik di Rumah Sakit Mitra Internasional, Jakarta ini.

Lebih lanjut, Jacob menambahkan, vitamin yang merupakan gizi mikronutrien sangat penting dan tidak dapat dilupakan. Vitamin A, misalnya, dapat ditemukan di ASI, hati, susu, buah-buahan, dan sayur-sayuran. Fungsinya untuk perkembangan rangka, jaringan lemak, dan memperbanyak sel tulang. Selain itu dapat pula memengaruhi sistem kekebalan tubuh terhadap infeksi.

Vitamin C untuk proses pertumbuhan, antioksidan, koenzim pada metabolisme asam amino, dan meningkatkan daya tahan terhadap infeksi. Vitamin D untuk penyerapan kalsium dan fosfor, disintesa oleh tubuh dengan bantuan sinar matahari. Serta vitamin K untuk produksi protein di hati dan proses pembekuan darah.

Semua vitamin, lanjut Jacob, diperlukan oleh bayi untuk menambah kualitas dari bayi tersebut. Seperti juga halnya pada vitamin B1 atau thiamin berfungsi melepaskan energi dari makanan, vitamin B2 atau riboflavin berfungsi pada metabolisme asam amino, asam lemak, dan karbohidrat. Vitamin B6 sebagai koenzim dalam metabolisme nitrogen, lemak, pembentukan sel darah merah, sistem saraf, kesehatan kulit.

Vitamin B12 berfungsi dalam metabolisme protein serta karbohidrat sekaligus pembentukan sel darah merah. Selain itu Asam folat juga dibutuhkan untuk sintesis nukleoprotein dan sel darah merah. ''Itulah sebabnya ibu hamil yang kekurangan asam folat dapat mengakibatkan perkembangan otak janin terhambat, cacat tulang belakang, dan pertumbuhan terganggu. (*/Rse/V-1)

Sumber: mediaindo.co.id