Beberapa penelitian membuktikan bahwa beras merah memang bisa menjadi sumber antioksidan yang baik. Antioksidan beras merah adalah dari pigmen antioksidan. Pigmen antioksidan juga terdapat pada buah-buahan sebagai pigmen yang memberikan warna merah.

Sebagai unsur trace element, selenium dalam beras merah memegang peranan penting bagi tubuh. Selenium merupakan bagian penting dari enzim glutation peroksidase, yang merupakan katalisator untuk memecahkan peroksida menjadi komponenent non toksik. Peroksida akan bersifat toksik bila berubah menjadi radikal bebas, yaitu mampu mengoksidasi asam lemak tidak jenuh pada membran sel. Apabila hal ini terjadi membran sel rusak dan terjadilah kanker.

Kandungan selanium dalam beras merah berperan dalam mencegah kanker dan penyakit degeneratif lainnya. Kecukupan selanium untuk laki-laki usia 16 tahun keatas adalah 70 mikrogram per hari, sedangkan untuk wanita di atas 16 tahun (tidak dalam kondisi hamil dan menyusui) 50-55 mikrogram per hari. Kandungan selanium dalam 200 gram beras merah telah mencukupi kebutuhan harian akan selanium.

Kemampuan dalam mengubah peroksida menjadi komponen tidak beracun, menjadikan selanium berpotensi mencegah kanker dan penyakit degeneratif lainnya.

Berdasarkan penelitian terhadap penderita gondok di kabupaten Ngawi, selanium di duga berkaitan dengan penyakit gondok. Selanium ternyata berperan dalam pembentukan hormon T3 (triiodotironin) dan T4 (tetraiodotironin) yang berperan dalam peetumbuhan tubuh. kadar selanium yang rendah dapat menurunkan pembentukan T3 dan T4, sehingga pembentukan tiroksin rendah dan timbul penyakit gondok.